"Kenapa sih, aku selalu jatuh cinta sama orang yang salah?" gumamnya sambil menatap layar ponselnya yang kosong dari notifikasi.
Sera sudah patah hati lebih dari yang bisa ia hitung. Setiap kali ia percaya bahwa seseorang benar-benar mencintainya, kenyataan datang seperti angin ribut yang mencabut akarnya. Dari cinta pertama di SMA yang lebih memilih sahabatnya, hingga kekasih terakhir yang pergi tanpa sepatah kata pun.
Ia menarik napas dalam. Rasanya, jika ia menghitung semua air mata yang telah jatuh, mungkin bisa membentuk lautan kecil. Tapi anehnya, ia tetap percaya pada cinta. Meski berkali-kali hatinya hancur, Sera tetap membangun kembali dirinya dari serpihan yang tersisa.
Suatu hari, ia memutuskan untuk menulis setiap rasa sakitnya. Bukan untuk meratap, tapi untuk mengenang betapa kuatnya ia telah bertahan. Dalam jurnal kecilnya, ia mencatat:
Hari ke-102 setelah putus: Aku masih menangis, tapi sudah bisa tertawa lagi.
Hari ke-150: Aku sadar, aku lebih baik tanpanya.
Hari ke-200: Aku bertemu seseorang yang bisa membuatku tersenyum tanpa beban.
Seiring waktu, halaman-halaman itu menjadi bukti bahwa hatinya yang rapuh kini mulai pulih. Ia menyadari bahwa ia tidak pernah benar-benar kehilangan. Setiap luka mengajarkannya sesuatu, setiap patah hati menguatkannya.
Sampai akhirnya, di hari ke-365 setelah patah hati terakhirnya, ia menutup jurnal itu dengan sebuah kalimat terakhir:
"Aku tidak butuh seseorang untuk melengkapi aku. Aku sudah cukup utuh."

Tidak ada komentar:
Posting Komentar