21 Mei 2025

Melangkah Kecil, Tapi Bermakna: Cerita Self-Compassion dari Tubuhku

Ada hari-hari di mana bangun dari kasur aja rasanya kayak naik gunung. Tapi hari ini, aku menang. Jam masih pagi. Matahari belum terlalu tinggi. Tapi aku sudah melangkah. Bukan langkah besar. Bukan lari maraton. Hanya jalan kaki. Pelan. Satu demi satu.


Aku buka mata, dan aku pilih untuk bangun.

Itu bukan hal kecil. Karena ada hari-hari di mana aku cuma ingin rebahan, hilang dari dunia, pura-pura nggak ada yang harus dihadapi.


Tapi hari ini beda.

Hari ini, aku pasang sepatu. Aku buka pintu. Aku bilang ke diri sendiri, "Ayo, kita coba lagi. Pelan-pelan aja."


Dan aku jalan.


Bukan buat nurunin berat badan. Bukan demi angka di smartwatch—meski sekarang udah nunjukin 5133 langkah. Tapi karena aku pengin ngerasain rasanya peduli sama diri sendiri. Walaupun sesederhana gerakin badan beberapa menit lebih awal dari biasanya.


Lucu ya, betapa sering kita lupa bahwa tubuh kita tuh setia banget.

Dia diem waktu kita stres. Dia tahan waktu kita isi perut dengan yang instan.

Dia tetap bangun, tetap bawa kita ke mana-mana… meskipun kita nggak selalu memperlakukannya dengan baik.


Hari ini, aku ingin bilang makasih ke tubuhku.

Dengan langkah. Dengan napas yang mulai hangat. Dengan peluh yang jatuh di dahi.

Aku bilang: "Maaf ya, selama ini aku cuek. Tapi mulai sekarang, aku mau lebih dengerin kamu."


Aku juga mulai lebih pilih-pilih.

Nggak langsung ambil gorengan yang renyah tapi bikin lambung protes.

Aku mulai nambahin sayur, meskipun lidah belum terlalu cinta.

Itu bukan karena aku mendadak jadi orang paling sehat sejagad. Tapi karena aku tahu: kesehatan itu bukan tujuan, tapi proses yang harus dirangkul.


Aku tahu aku belum sempurna.

Masih banyak bolongnya. Masih sering tergoda ngemil, rebahan, skip olahraga.


Tapi aku mulai. Dan aku ulangi.

Itu yang paling penting buatku sekarang.


Dan kamu tahu apa yang aku pelajari dari semua ini?

Ternyata disiplin bukan berarti memaksa diri mati-matian.

Disiplin itu lembut.

Dia muncul saat kita konsisten mencintai diri, bukan menghukumnya.


Dulu aku pikir self-love itu masker wajah dan kopi mahal.

Ternyata, self-love juga berarti nyuruh diri tidur lebih cepat.

Makan yang bernutrisi.

Dan ngajak tubuh jalan kaki pagi-pagi, meski kasur masih menggoda.


Hari ini aku jalan.

Bukan cuma fisik, tapi juga perasaan.

Aku jalan ninggalin rasa malas, ninggalin suara-suara yang bilang aku nggak mampu.

Aku jalan menuju versi diriku yang lebih peduli, lebih sadar, lebih sayang.


Smartwatch-ku bilang:

137 kalori terbakar.

5133 langkah tercatat.

Tapi yang paling penting, langkah-langkah itu nggak cuma tercatat di jam.

Mereka tercatat di hati.


Bahwa aku bisa.

Bahwa aku berusaha.

Bahwa aku cukup.


Mungkin besok aku capek. Mungkin lusa aku gagal bangun pagi.

Tapi aku tahu, aku akan kembali melangkah lagi.

Karena ini bukan soal sekali jadi. Tapi soal konsistensi kecil yang dibungkus kasih sayang.


Terima kasih, tubuhku.

Terima kasih, diriku.


Hari ini, kita sudah melangkah.

Dan itu luar biasa.


Kalau kamu, kapan terakhir kali bilang ‘terima kasih’ ke tubuhmu?


#healthy #healthylifestyle #lifestyle 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar