5 Agustus 2025

84 Selfie Hari Ini, dan Tak Satupun yang Jadi

 

Aku bingung, harus sedih atau ketawa. Barusan kubuka galeri HP, ada folder berjudul "Muka Hari Ini" berisi 84 selfie. Delapan puluh empat! Padahal niatku cuma satu—satu saja yang mau kuposting. Tapi sampai sekarang, lewat jam prime time Instagram, tak satu pun terasa cukup layak.

Ini bukan pertama kalinya.

  • Pas Muka Lagi Oke, Kamera Malah Gak Kompak
Makeup on point, lighting bagus, background rapi. Seharusnya ini momen sempurna untuk update feed. Tapi semakin banyak aku selfie, semakin aku merasa: "Kok jelek semua ya?"

Ada yang terlalu terang, wajahku seperti keputihan.
Ada yang senyumnya bagus, tapi mata setengah merem.
Ada yang angle-nya keren, tapi rambut ketutupan jendela.

Akhirnya, "Udah deh, besok aja." Tapi besok pun berulang.

  • Aku Bukan Satu-satunya
Temanku, Nita, pernah selfie 112 kali—seratus dua belas!—dan tetap tak puas. Bukan karena dia merasa jelek, tapi karena "Aku cantik, tapi kenapa gak keliatan cakep di foto?"

Lucu, ya? Cantik merasa tak cantik, ganteng merasa kurang ganteng. Kita punya standar "harusnya wajahku kayak gini", tapi standar itu kita sendiri yang buat—dan kita sendiri yang gagal memenuhinya.

  • Selfie Fatigue: Ketika Terlalu Banyak Pilihan Bikin Bingung
Semakin banyak foto, semakin sulit memilih. Otak kita sibuk membandingkan:

  • "Ini senyumnya kaku."
  • "Itu angle-nya kurang."
  • "Ini lighting-nya dingin."
  • "Itu kayak bukan aku."

Padahal tujuannya cuma mau posting dengan caption "Monday mood ".

  • Mungkin Kita Lagi Mencari Diri, Bukan Cuma Selfie
Kadang, selfie banyak bukan untuk diunggah, tapi untuk menemukan wajah yang "benar-benar aku":

Happy tapi tak lebay.
Cantik tapi tak cari perhatian.
Strong tapi tetap sweet.

Tapi mana ada satu foto yang bisa mewakili semua itu? Akhirnya, alih-alih puas, kita malah makin ragu pada diri sendiri.

  • Validasi yang Tak Kunjung Datang
Aku selektif memilih foto karena ingin dapat respons:

"Glowing banget!"
"Makin cakep ya?"
"Kameranya apaan?"

Kalau tak yakin foto itu dapat reaksi seperti itu, lebih baik disimpan. Lebih sakit lihat foto yang kupikir "keren", tapi cuma dapat 12 likes.

  • Galeri HP: Tumpukan Versi Diri
Selfie-selfie itu bukan sekadar kenangan, tapi bukti:

"Ini aku saat patah hati tapi pura-pura fine."
"Ini aku baru bangun, wajah zombie tapi nyata."
"Ini aku di toilet kantor, menangis lalu retouch makeup sebelum selfie."

Itu semua untukku—bukti bahwa aku pernah bertahan.

  • Tapi Aku Capek...
Capek terlalu kritis pada diri sendiri. Capek scroll puluhan foto dan tetap merasa kurang. Capek takut feed tak estetik. Capek khawatir ada yang zoom dan komentar tentang pori-poriku.

Aku rindu masa ketika selfie hanya untuk lucu-lucuan, bukan kompetisi estetika.

  • Belajar Menerima yang "Seadanya"
Aku mulai belajar memposting foto tanpa mikir angle terbaik, tanpa edit berlebihan, tanpa minta pendapat teman. Yang penting: "Ini aku hari ini. Tak sempurna, tapi tetap aku."

  • Kita Tak Sendirian
Jika kamu pernah selfie puluhan kali dan tetap tak puas, yakinlah—kita sama. Mari perlahan belajar lebih santai pada diri sendiri.

  • Yang Terpenting Bukan Hasilnya, Tapi Perasaanmu Saat Itu
Apakah kamu bahagia saat mengambil foto itu? Nyaman? Tulus? Jika iya, bahkan foto blur pun tak masalah.

Jadi, untuk selfie ke-85 nanti? Aku akan posting.

  • Rambut acak-acakan? Gapapa.
  • Lighting agak kuning? Boleh saja.
  • Senyum setengah hati? Itu juga bagian dari aku.

Karena yang lebih penting dari likes atau komentar adalah belajar mencintai diri sendiri—tanpa syarat.

Kapan terakhir kali kamu mengambil selfie dan merasa... cukup?

Jika tulisan ini menyentuhmu, bagikan. Mungkin ada temanmu yang sedang bingung memilih foto dari tumpukan selfie di galerinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar