Di pertigaan jalan
kampung dekat mushola tua.
Tiba-tiba desir angin
membawa sosokmu di hadapanku.
Berjeda tiga empat lima
petak kontrakan.
Sumringah kupangkas jarak
di antara kita.
‘Apa kabar?’
Tak seketika aku bertemu
dengan manisnya guratan senyummu di masa lalu.
Tak seketika kata keluar
dari bibirmu untuk menjawab kerinduanku.
Detak jantungku pun
berlarian seperti kelereng yang terserak kaki.
Sorotmu menatapku curiga.
Seakan aku pesakitan yang
telah mencuri dan meremukkan asa yang kau punya.
Dan ya…
Aku yang merasa kerdil
tiba-tiba
Aku yang berharap bumi
mampu menelanku sekejap mata
Aku yang menunggu,
“Haaaiii, kabar baik. Kamu apa kabar?”
Dan benar, runtuhlah
seketika.
Mengernyit menatapku
lupa.
“Siapa kamu?”
Terucap dari kamu
Yang belasan tahun aku
rindui dari buku kenangan sekolah kita.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar