8 Mei 2019

Tak Mengubah Keyakinan ku

Dulu waktu kecil, aku tumbuh di lingkungan teman-teman yang beragama Nasrani. Bahkan aku sering main dan bebas keluar masuk di lingkungan beberapa gereja. 

Entah nganterin nemenin temen yang sekolah Minggu atau sekedar main yang benar-benar main ngobrol sama suster, pastor atau pendeta. 

Inget bahkan dulu yang ngajari aku main piano pertama kali adalah pendeta ayahnya temenku, aku belajarnya di ruang musik di salah satu sudut lingkungan gereja. 

Apakah lantas beliau-beliau yang berbeda keyakinan yang kutemui selalu berbicara persuasif untuk mengubah keyakinan ku?

Jawabannya, NGGAK PERNAH sama sekali mereka menyuruhku atau bahkan mempersuasiku untuk berpindah keyakinan. Kita ngobrol normal tanpa menyentuh substansi agama secara khusus, hanya soal kebaikan & kasih sayang. 

Bahkan ayahnya temenku itu selalu ngingetin sholat ketika kami bermain, atau menyuruhku segera pulang ketika adzan ashar terdengar, yaaaa...beliau tau tiap sore aku ngaji di masjid Deket rumah. 

Meski sering main ke lingkungan gereja, aku tetap jadi murid kesayangan ustadzku, karena kata beliau tulisan arabku bagus, rapi😁 dan rajin nanya. 

Saat Ramadan seperti ini, ada dua temanku yang berbeda keyakinan ikut aku ke masjid tiap sore, nganterin dan kadang nungguin sampai buka puasa. 

Sama seperti anak yang lain, mereka yang berbeda ini tetap diberi takjil dan diperlakukan sangat manis oleh ustadz-ustadzku. Makan & minum bareng lalu sehabis menungguku sholat Maghrib kami pulang berpisah jalan. 

Semua itu tak mengubah keyakinan kami masing-masing selama berpuluh tahun, sampai sekarang. Alhamdulillah iman kami tak setipis itu, hanya karena sering main dan berinteraksi di lingkungan rumah ibadah yang berbeda lantas keyakinan berubah.

Karenanya melihat fenomena sekarang yang diframing oleh sekelompok oknum yang merobek toleransi membuatku miris. Membangun rumah ibadah saja nggak boleh, warung buka siang hari juga nggak boleh, ketika saudara seiman ada yang berbeda pilihan politik dianggap layak untuk dihina😔...ke mana nurani kemanusiaan dan kasih sayang yang dulu menemaniku tumbuh besar dan punya kenangan manis tentang indahnya perbedaan? 

Aku ingin anak-anakku tumbuh dengan nafas indahnya perbedaan yang sama denganku dl. Karenanya aku selalu bilang ke mereka, tidak boleh menghujat yang berbeda, setiap orang berhak punya keyakinan masing-masing.

Kita, orang tualah yang wajib mendidik mereka indahnya bertoleransi manakala lingkungan tak lagi kondusif mengajarkan tentang itu. #toleransi

Salam
Arumi Wijaya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar