mak jegagik ketemu sama sebuah istilah "tangan di atas tangan di bawah". dan ada kalimat yang membuat saya tersentil (jadi ga ngantuk deh) yang kurang lebih mengibaratkan pengusaha sebagai tangan di atas, dan karyawan sebagai tangan di bawah. rasanya saya kurang setuju aja siy dengan ibarat tsb.
karena menjadi pengusaha atau karyawan itu kan pilihan pekerjaan ya, beda sama pemberi (sodaqoh) dan penerima (sodaqoh)(baca : dalam hal ini lebih ke "peminta-minta")yang lebih ke pilihan karakter.
klo dilihat dari sudut pandang, pemberi gaji dan penerima gaji,mungkin ada benarnya istilah tersebut. pengusaha biasanya memberikan gaji, karyawan menerima gaji. itu pun masih bs dilihat lebih lanjut lagi, pengusaha juga bs disebut tangan di bawah loh, kan nerima order dan bayaran tagihan dari customer yang bisa jadi customernya adalah seorang karyawan. nah loh!
jadi saya kurang setuju dengan anggapan yang seolah menempatkan pengusaha lebih tinggi grade nya karena tangannya di atas(baca :memberikan gaji), nope, pengusaha juga ga akan bisa tangannya di atas kalau ga ada karyawan-karyawan yang menggunakan jasanya dia kan. ini cuma masalah pilihan. mau jadi pengusaha atau karyawan sama-sama mulia karena sama-sama bekerja meski caranya sedikit berbeda. dan klo karyawan menerima gaji tiap bulan, wajar dong kan ud menjual skill nya. klo ada istilah online seller, karyawan bisa disebut skill seller kan yaaa?hehhehehhe...
kesimpulannya,selalu ada hukum memberi dan menerima, ga selalu jelas standar kuantitasnya berapa biar disebut sebagai pemberi atau penerima,tapi selalu bisa dirasakan. yang penting kuncinya cuma satu,berlaku sesuai perannya masing-masing, jadi bisa memberi maupun menerima sesuai juga dengan porsi masing-masing


Tidak ada komentar:
Posting Komentar