27 Juni 2018

Cinta Itu Pilihan

Cinta Itu Pilihan

By Salma Farros

Percayakah kalian bahwa cinta dapat mengubah seseorang menjadi lebih semangat, lebih kuat, dan lebih ceria? Dan percayakah kalian bahwa cinta juga dapat mengubah seseorang menjadi lemah, membuat seseorang berputus asa dan menjadi pemurung?

Di sore itu aku duduk di balik jendela kamar ku dan bersender di tepian lemari tua yang sudah usang, kunikmati rintik demi rintik tetesan air hujan yang turun menyentuh tanah. Ku balik tubuhku menghadap lemari dan perlahan ku buka lemari tua itu, ku temukan kotak kayu berukuran sedang berwarna coklat dengan gembok kecil di tengahnya, ku ambil kuncinya dan aku bawa keluar rumah sambil duduk di bangku panjang di teras depan rumahku.

Kubuka perlahan kotak itu, terdapat foto-foto dan beberapa barang lama kepunyaanku didalam nya. Ku ambil foto-foto itu dari dalam kotak, itu adalah foto-fotoku bersama teman-temanku semasa kuliah, betapa aku sangat merindukan duduk belajar bersama sahabat di bangku kuliah dulu.  aku tersenyum kecil sambil membuka lembar demi lembar foto itu, Disaat aku terus membuka lembar demi lembar foto itu dan dilembaran terakhir ku temukan foto yang membuat senyumku begtu saja hilang, aku murung dan terus menatap foto itu.

Ya Tuhan, ini adalah fotoku menggunakan baju toga dan disampingku ada seorang laki-laki yang pada saat itu mendapingiku saat wisuda, dia memegang ijazah yang selama ini kuperjuangkan selama 4 tahun aku begelut dengan dunia pendidikan di perguruan tinggi, di foto itu aku memeluk buket bunga besar berwarna merah yang dia berikan untukku.

Dia adalah laki-laki yang pernah sangat aku cintai, bahkan namanya saja aku tulis di skripsiku sebagai kekakasih yang selalu memberikan ku motivasi dan banyak mengorbankan waktu, tenaga, dan materi untuk membantuku di masa akhir perkuliahanku.

Aku sungguh saat merindukannya, dan aku masih belum bisa melupakannya hingga saat ini terakhir semenjak satu tahun yang lalu dia meninggalkanku begitu saja ke negeri bunga sakura untuk bekerja dan aku kehilangan kabarnya hingga saat ini aku tidak tau bagaimana keadaannya, dan itu cukup membuatku sangat terluka, aku terjebak dalam cinta dan bayangannya, aku tak mampu untuk melarikan diri dari itu.

Mungkin orang bilang, waktu akan menyembuhkan, namun bagiku tidak, bagiku waktu tidak menyembuhkan, waktu hanya membiasakan, karena disaat aku mengingatnya saja aku masih merasakan luka, hanya saja sekarang tanpa air mata.

Perlahan ku letakkan kembali foto-foto itu keadalam kotak tua ku, ku ambil sebuah boneka yang ada didalamnya, sebuah boneka berbie kecil menggunakan pakaian toga, boneka yang sangat cantik. Aku mulai mengingat laki-laki itu lagi, dia dulu yang memberikan boneka ini di hari wisudaku karena aku bilang boneka itu cantik sekali, tanpa ku meminta dia bergegas ke toko boneka itu dan membelikannya untukku.

Aku mulai tersenyum kecil memandang boneka itu dan dihati kecilku berkata "andai Tuhan mempertemukan kita kembali Rico, apakah mungkin aku bisa menerimamu kembali setelah sakit yang kau beri ini sungguh menyiksaku, tapi aku masih mencintaimu, aku ingin bersamamu, tapi jugaa…… aku tak mampu harus merasakan sakit hati ini lagi!!! Tuhan tolong bantu aku membebaskan hatiku!!!"

Beberapa saat aku termenung sambil memandangi gerimis yang turun, tiba-tiba seorang laki-laki berbadan tinggi, tegap dan berwajah damai menghampiriku, tapi dia bukan Rico. Dia duduk di sampingku.

"ehh dek, kakak mampir ni,, kehujanan hehe kok mukanya datar banget??" dia mengambil boneka di tanganku, dan melihat fotoku bersama Rico di dalam kotak tua itu. "oh kakak ngerti kok, karena Rico kan??" dia sambil senyum kecil memandangi wajahku, wajahnya sungguh sangat mendamaikan, dan aku merasa hanya dia yang mengerti aku saat ini.

"apaan sih kak dika? Aku gak apa-apa kok kak" aku mengambil boneka itu dari tangannya dan memasukannya lagi ke dalam kotak dan menutupnya. Dia tersenyum dan mengelus kepalaku sambil berkata "dek, kamu gak bisa banget bohongin kakak, udah hampir 5 tahun lebih lo kita kenal dan kita selalu sama-sama, kakak tau banget muka kamu kalo sedih gimana jeleknya,hehehe"

Aku senyum dan membalas tatapannya, ntah kenapa aku selalu merasa nyaman dan damai saat bersamanya menceritakan semua keluh kesahku tentang Rico, dia selalu saja ada disaat aku sedih, walaupun aku kadang melupakannya saat aku lagi bahagia sama Rico dulu.

Dia menatap mataku dalam penuh makna dia sampaikan kata-kata yang membuat rasa sedihku tentang Rico hilang begitu saja seperti aku terhipnotis olehnya

"dek, kakak tau kamu belum bisa melupakan segala hal tentang Rico, mau sampai kapan kamu mau memenjarakan hati kamu sendiri demi orang yang bahkan tidak memperdulikanmu sama sekali? Apa yang kamu harapkan dari orang yang meninggalkanmu? Sedangkan ada seseorang yang selalu ada untukmu tak pernah meninggalkanu saat sedih dan sendiri, yang tak pernah menyakitimu,"

"emang nya ada kak? Emang nya siapa kak? Ku tanyakan kepadanya sambil heran mengapa dia bicara seperti tu kepadaku seakan dia ingin menyampaikan sesuatu kepadaku yang sudah lama sekali ingin disampaikannya.

"ya jelas ada lahhh!! Kamu nya aja yang gak peka!! Kamu masih menutup hatimu, seharusnya kalau kamu mau bahagia kamu harus bebaskan hatimu, biarkan orang yang mencintaimu hadir dan membahagiakanmu hingga kamu lupa kalau kamu pernah patah hati!" ucapnya dengan nada meyakinkanku bahwa aku memang berhak bahagia tanpa harus terperangkap dalam kenangan masa lalu.

Dia pun melanjutkan bicaranya dengan nada yang pelan dan lemah lembut, itu adalah cara khas nya dalam berbicara

"coba dehh kamu buka mata hatimu, laki-laki gak cuma Rico, banyak laki-laki yang sebenarnya juga butuh kamu cintai sepenuh hati seperti kamu mencintai Rico, Rico gak berhak mendapatkannya lagi, karena dia sudah menyia-nyiakan kamu, ada satu laki-laki yang sudah Tuhan persiapkan untukmu dek, dan laki-laki itu sebenarnya ada di dekatmu, kamu harus bisa merasakan itu!"

Tiba-tiba aku tersadar dengan ucapan Kak Dika barusan, apa benar laki-laki itu ada didekatku? Apakah sebenarnya laki-laki itu adalah Kak Dika? Pria yang selama ini selalu ada mengusap air mataku yang selalu dijatuhkan oleh Rico, dan jadi selama ini dia adalah pria yang mencintaiku dalam diam.

Aku selama ini hanya memikirkan perasaanku saja, aku membiarkan hatiku terperangkap di dalam cinta dan bayang-bayang semu Rico, dan aku selama ini sudah mengabaikan orang yang benar-benar mencintaiku. Seharusnya aku sadar dari dulu!!! Memang sudah seharusnya aku membebaskan hati ini dari belenggu Rico, iya!! Aku akan melepaskan nya saat ini juga.

Aku berhak bahagia dengan orang yang mencintaiku dengan tulus, dan aku takan mengecewakan dan meninggalkannya lagi seperti waktu dulu.

"Heyy malah melamun, ngerti kan maksud kakak?? Udah paham kan?? Ya udah kamu buang aja tu semua barang kenangan dari Rico, kita buka aja lembaran yang baru! Cinta itu gak menyakitkan dek, tapi cinta itu membangun hal yang positif buat kamu" dia tersenyum manis padaku, "ya udah ganti baju, ujan nya udah reda, jalan-jalan yuk dek" dia memegang tanganku dan menatapku dengan hangat.

Sekarang aku percaya cinta memang dapat membuat seseorang lebih kuat, lebih semangat dan lebih ceria, dan cinta juga dapat membuat seseorang menjadi lemah, berputus asa dan bersedih. Tapi semua pilihan ada di tangan kita yang merasakan cinta, kita memilih untuk bertahan terperangkap dalam cinta yang menyakitkan, atau memilih untuk membebaskan diri untuk cinta yang membahagiakan. Dan aku lebih memilih bebas bersama cinta yang menerimaku apa adanya dan tak pernah meninggalkanku disaat aku terjatuh sendirian.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar