SESAL
By Erika Maulida
Lidya sedang duduk bermain gitar dan bernyanyi lagu kesukaannya di tepi pantai favoritnya. Dia sedang memeluk sebuah boneka beruang berwarna cokelat muda. Tiba-tiba datang seorang lelaki dan berbicara kepadanya. Dia adalah Lutfi mantan kekasihnya.
"Kamu masih menyimpan boneka beruang itu Lid ?" Tanya lelaki itu.
"Jadi inget beberapa waktu yang lalu ya lid. Hmm kamu inget gak waktu aku nembak kamu disini ? Aku benar-benar menyesal Lid. Maafin aku." Ucap lelaki itu sambil tertunduk sedih.
Lidya tidak menggubris pertanyaan dari lelaki itu.
Di sekolah SMA NUSA BANGSA-PAGI
Bel berbunyi, Lidya membereskan semua perlengkapan sekolahnya. Dia buru-buru bergegas menuju Aula sekolah untuk mengikuti Ekstra kepenulisan dan kemudian Roy menoleh kebelakang dan menanyakan kerja kelompok.
"Oh yaa, nanti kerja kelompoknya dirumahnya siapa ?" tanyanya.
"Dirumahku dah yaa jam empat loh ya." Jawab nisa menimpali.
"Oke rek. Tapi maaf ya aku datangnya agak telat." Ucap Lidya.
"Emangnya kenapa Lid ? Kamu ada acara a ?"
"Biasa lah pasti mau ketemu gebetannya dulu si kakak kelas itu kan. Ciee hayoo ngaku wkwk."
"Pj nya mana nih Lid ?
"Apaan sih kalian gak lucu deh. Aku gak ada hubungan apa-apa sama kakak kelas itu. Jawab Lidya.
"Masa?"
"Bodo."
"Dih jangan marah lah nanti cantiknya hilang loh wkwk."
"Udah-udah jangan tengkar terus."
"Hehehe sorry."
"Hmm yadeh. Eh aku duluan yaa. Soalnya mau ekstra kepenulisan."
Lidya langsung keluar kelasnya.
Lidya datang ke Aula sekolah untuk menngikuti ekstra kepenulisan. Dia suka dengan seseorang yang mengikuti ekstra yang sama dengan dia yaitu Lutfi kakak kelasnya. Tiba -tiba dia dikagetkan dengan sapaan Lutfi.
"Hai dek." Sapa Lutfi dengan senyuman yang mengembang di pipinya.
"Hai juga kak." Jawab Lidya tersipu malu
"Maaf kak aku telat."
"Iya gapapa kok."
"Iya kak. Bye the way agenda kita hari ini apa ?"
"Seperti biasa kak lid melanjutkan cerpen untuk project Antologi kita."
"Oh ok kak."
KEESOKAN HARINYA-SIANG
Pada saat jam istirahat Lutfi mengajak Lidya menuju kantin. Lidya begitu senang dengan ajakan Lutfi. Lutfi membelikan es krim kesukaan Lidya.
"Lid kamu mau yang mana ?"
"Terserah kakak deh mau yang mana."
Mereka langsung menuju tempat duduk di taman. Lutfi ingin membicarakan sesuatu kepada Lidya.
"Nih lid es krim mu."
"Makasih yaa kak."
"Sama-sama. Oh ya dek kamu sekarang kok tambah imut kak. Gemes aku lihatnya."
"Lah kan aku imut dari dulu kak hehe."
"Idih pede banget kamu ya."
"Iya dong kak harus."
"Yadeh. Eh aku boleh ngomong gak ?"
"Mau ngomongin apa kak? Ngomong aja kak."
"Anu…Hmm… kamu nyaman ga sama aku dek?"
"Kalo iya kenapa kak ?"
"Sudah dua bulan ini kita deket bahkan sampai sedeket ini dek."
"Terus? Kenapa kak?"
"Apa mungkin ini waktu yang tepat ya dek?"
"Maksud kakak gimana? Aku ga ngerti."
"Aku bukan laki-laki yang bisa memikat seorang lidya dek hehehe. Tapi aku yakin aku bisa bahagiakan perempuan yang aku sayang."
"Maksud kakak gimana sih ? kakak nembak aku?" Lidya kaget mendengar ucapan Lutfi.
"Hmm iya dek."
"Hmm…" Lidya tersipu malu.
"Oh ya dek ini aku ada boneka beruang buat kamu. Suka ga ?"
"Suka kok kak. Makasih ya kak."
PAGI
Mentari pagi telah bersinar dengan terangnya. Ya… cuaca hari ini sangatlah cerah. Terlihat awan putih yang menggantung indah diatas langit. Burung-burung pun tak ketinggalan meramaikan pagi yang cerah ini. Lidya bangun dan membuka jendela kamarnya.
"Hmm segar." Lidya teesenyum.
Hari ini Lidya begitu sangat senang sekali karena pagi ini Lidya akan menghabiskan waktunya bersama Lutfi. Lidya langsung bersiap-siap karena sebentar lagi Lutfi menjemputnya.
Tak lama kemudian lidya mendapat pesan dari Lutfi
"Ayo Lid. Aku udah ada di depan."
"Iya aku segera nyusul kak."
Lidya langsung bergegas menuju gerbang rumahnya untuk menemui Lutfi.
Kali ini Lutfi menghabiskan waktu menuju pantai favorit Lidya. Lidya begitu senang sekali karena di tempat dia merenung sesuatu kali ini ditemani oleh seorang lelaki kesayangannya. Mereka duduk di tepi pantai sambil menikmati pemandangan pantai dan semilir angin.
Tiba -tiba Lidya membuka obrolan dan memecah keheningan diantara mereka.
"Kak lutfi."
"Apa dek ?"
"Kakak tau gak apa yang aku takutkan kalo matahari sudah benar-benar tenggelam dan tidak akan pernah kembali ke bumi?"
"Aku ga tau dek, emang kenapa ?"
"Aku takut sama gelap kak."
"Hah? Kamu takut sama gelap ? Maksudnya dek ?"
Lutfi tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Lidya.
"Aku Cuma takut saat pagi hari datang matahari tidak akan pernah terbit dan semuanya terasa gelap gulita. Semua orang pasti bingung kenapa matahari tidak pernah terbit lagi apakah ini akhir dari kehidupan ? Mereka pasti menyesal karena mereka tidak pernah mau bersyukur bahwa secara tidak langsung matahari selalu bersinar dengan ikhlas dan manusia tidak akan pernah bersyukur sebelum semuanya berubah dari biasanya."
"Hmm…"
Lutfi hanya diam tak menanggapi perkataan Lidya.
"Oh ya dek selama 2 minggu ini aku ga bisa masuk sekolah kayak biasanya. Soalnya aku harus ikut bimbel diluar kota."
"Hmm… gitu yaa kak." Lidya tertunduk lesu.
"Iya dek. Kamu jangan sedih yaa. Kakak pasti balik ke kamu kok dek. Kamu semangat yaa sekolahnya. Jangan nakal." Lutfi tersenyum.
"Iya kok kak." Lidya mencoba menghapus air mata yang jatuh dipipinya dari tadi.
"Aku takut kak."
"Lah ? takut kenapa dek."
"Aku Cuma takut aku bukan cewek yang baik buat kakak."
"Udahlah dek. Percaya sama kakak. Aku sayang kok sama kamu dek. Kamu udah sempurna kok buat kakak. Kakak ga bakal nyia-nyiain kamu dek." Lutfi mecoba menenangkan Lidya.
Dari kejauhan aku mencintaimu dalam diam menyimpan namamu dalam hati sepanjang hari dan mengungkapkan rindu lewat doa-doa. Biarlah kepada Tuhan saja kukatakan bahwa disini aku merindukan mu.
-Lidya
Kali ini Lidya harus melewati hari-harinya tanpa Lutfi. Sedih ? Ya.. pasti. Karena mereka harus melawan jarak. Lidya sedih karena tidak bisa dapat bertatap muka secara langsung dengan Lutfi. Mereka hanya bisa saling berbalas pesan dan saling menelpon hanya untuk menanyakan kabar masing-masing. Setiap hari libur sekolah Lidya selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung ke pantai tempat dia dan Lutfi terakhir bertemu. Sedih sepi dan hampa. Itu yang Lidya rasakan sekarang tanpa Lutfi. Terkadang dia mengingat lelucon Lutfi yang selalu membuat dia tertawa.
"Aku kangen masa-masa itu." Ucap Lidya sedih. Sesekali dia menyeka air matanya yang sesekali jatuh.
1 Minggu kemudian.
Pagi yang cerah ketika matahari memancarkan sinarnya dari timur. Pohon-pohon yang rindang dengan daun-daun hijaunya yang masih basah karena hujan semalam. Tampak riang berceloteh sekelompok burung pipit yang terbang dan hinggap di ranting pohon. Masih pukul 05.30 pagi, Lidya sudah bersiap melakukan kegiatannya pagi ini. Baginya hari ini adalah pagi yang istimewa. Ya… hari ini pertama dia akan bertemu dengan Lutfi. Dia begitu rindu karena sudah seminggu dia tidak bisa bertatap langsung dengan Lutfi.
Dengan mengendarai sepeda motor dan tasnya yang diselempangkan. Dia begitu semangat mengayuh pedal sepedanya. Dia melewati sebuah pasar yang dikerumuni oleh para pedagang. Melanjutkan perjalanan paginya dia terus mengayuh sepedanya dan sampailah dia di sekolah. Dia langsung memarkir sepedanya.
Dia buru-buru menuju kelas. Tak berapa lama dia berjalan tiba-tiba dia melihat Lutfi berduaan dengan seorang perempuan. Lidya buru-buru menemui Lutfi dan menyapanya. Tak jauh dari sana, ternyata Lutfi sedang menembak Rizha dan Rizha menerimanya. Lidya begitu sedih dengan apa yang dilihatnya. Dia langsung berjalan dan menghiraukan mereka berdua.
"Kita udah lama saling kenal dan kita sudah saling menyayangi. Mungkin ini waktu yang tepat. Kamu mau ga jadi pacarku." Ucap Lutfi.
"Hm.. aku mau kok fi jadi pacarmu."
"Yess. Makasih riz. Eh itu lidya."
"Ngapain kesini ? By the way selamat ya aku udah tau apa yang mau kamu katakan. Makasih ya, makasih untuk semuanya. Makasih untuk selama ini , kamu udah dapetin pendamping yang cocok buat kamu. Makasih yaa kak."
"Lidya…Lid…Lid Maafin aku."
Lidya langsung berlari meninggalkan Lutfi dan Rizha sendiri. Lidya begitu sangat kecewa dengan apa yang dilakukan oleh Lutfi. Dia tidak meyangka semua ini bisa terjadi begitu saja.
PANTAI-SORE
Lidya kembali lagi mengunjungi pantai favoritnya. Dia duduk di tepi pantai sambil memegang buku dan pena. Dia sedang menulis sepucuk surat untuk Lutfi.
"Hai kak. Apa kabar ? Aku cuma mau bilang minggu depan ulang tahunku loh. Semoga kakak inget ya. Sejak pacaran dengan Rizha kakak ga pernah ada kabar buat aku. Aku disini masih nunggu kabarmu kak. Apakah kakak baik-baik aja ? apakah masih memikirkan ku ? kakak tau aku lebih suka dicintai daripada mencintai. Bodohnya aku kak, tapi itulah aku. Aku lebih suka mencintai karena aku yakin suatu saat nanti orang yang dicintai akan merasakan kehilangan. Mencintaimu ibarat candu sulit untuk dihilangkan. Yang bisa dilakukan hanyalah berdamai dengan kenyataan. Aku harap kakak bahagia meskipun tanpa aku. Aku lebih suka bercerita dengan pena dan buku disana aku dapat menuliskan sejuta rasaku menjadi sebuah puisi yaitu puisi tentang kita. "
Lidya
Di tepi pantai Lutfi dan lidya sedang duduk berdua. Tidak ada obrolan diantara mereka. Tiba-tiba lidya memecah keheningan.
"Kak masih banyak orang-orang yang menyayangimu. Jangan sia-siakan orang yang menyayangimu. Kita harus menjalani kehidupan kita masing-masing. Kak aku mau ngasih ini ke kakak." Sambil menyodorkan surat itu."
Lidya langsung berlalu meninggalkan Lufi sendiri di tepi pantai. Tiba-tiba Lutfi memanggilnya.
"Dek maafin aku."
Lidya menoleh ke arah Lutfi sambil tersenyum tipis.
"Ingatkan aku betapa banyak bahagia yang kita lalui. Ingatkan aku kita pernah melewati hari dengan tertawa."
-Lutfi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar