By Riza Putri
Aku taktahu apa itu cinta,yang ku tahu itu hanya sekelompok dari sebuah rasa. Apa indah atau menyakitkan diriku tak pernah mengetahuinya. Karna diriku ,kegelapan yang tak berujung makna. Gelap seperti ruangan pengap penuh asap, dan aku ingin merasakan hal lain selain kelam. Walau bagiku itu hanya minpi yang tak terkabulkan.
Rain
Hujan yang turun kembali menyentuh ,diantara biduk yang kini terkayuh dengan lamban ku kembali berpulang menemui segenap kesedihan yang tak tertahankan. Ku nikmati aroma hujan yang menyentuh dedaunan,membawa kehadiran dariku yang tergenggam bersama arus yang berlabuh menjulang. Hanya karna itu ku terus bertahan,bersama realita waktu yang terbuang. Dengan harapan ku temui pelangi sebagai hiasan.
Revan
Kembali lagi,mimpi buruk yang menghantuiku. Entah sudah berapa kali sejak kejadian itu,miris begitulah hidupku selama ini selalu menyumpahi sang waktu yang terus menguji. Berualang kali ku mencoba dengan menggores tanganku,namun wajah gagak hitam itu tak jua menjemputku. Aku terlampau lelah dan ingin menghujat semua,meski itu dia yang telah membawaku.
Aku menangis dengan semua kepiluan. Meski semua melihatku sebagai seorang wanita yang kejam,namun itu semua itu sebuah kesalahan. Diriku yang selalu berada dalam pekat yang menantikan terang. Namun,apakah mungkin ada seseorang yang mampu memberikanku ketulusan karna selama ini hanya dipenuhi kebohongan.
"Sampai kapan kamu terus begini Ra?"
Aku tersenyum pahit,dan mengambil jaketku untuk segera pergi.
"Kamu jangan terus begini,aku rindu kamu yang dulu. Aku rindu kamu yang selalu baik dengan orang lain. Apa sudah tidak ada rasa dihatimu? Sudah sebegitu besarkah kebencianmu pada kenanganmu? Kamu pengecut yang terus lari dari kenyataan. Kamu pecundang Ra!!!"
"Diem loe,dan jangan pernah ceramahi gue lagi."
"Aku harap kamu bertemu orang yang mampu mencairkan hatimu,dan orang yang akan membebaskanmu dari rasa kebencianmu itu. Aku yakin kamu akan bertemu cintamu,dan akan ku tunggu waktu itu."
"Cinta itu omong kosong."
Aku berjalan meninggalkan sahabatku itu,ah iya itu dulu saat ini aku tak tahu apa aku masih meng anggapnya sebagai sahabat atau bukan. Karna aku yang sekarang bukanlah aku yang dulu. Namun,meski begitu aku tak ingin menyakitinya meski kini aku orang yang benar-benar bejat dan tak berperasaan.
Aku melangkah menuju taman bunga,menikmati setiap warna yang menjadi penyejuk hati. Sudah sekian lama aku tak menikmati tempat ini,karna hanya hari ini aku kembali menginginkan itu. Di tempat ini kenangan itu terulang. Setelah lebih dari 5 tahun aku menjalani kehidupan gemerlap malam
17 Juni 2013
"Aku menyayangimu,dan aku akan selalu menjagamu."
"Kakak janjikan sama aku?"
"Iya Ra,aku janji."
Aku terdiam mengingatnya,kakakku betapa bodohnya engkau menjanjikan sesuatu yang tak pasti. Bahkan engkau pergi selamanya ,engkau berbohong akan selalu menjagaku. Manusia sepertimu terlalu naif dan bagaimana mungkin engkau akan menjagaku bila dirimu saja telah tiada.
"Dasar bodoh!!!"
Aku mengingat keperihan itu semua anggota keluargaku dibunuh oleh orang itu,orang yang menghancurkan segenap kehidupanku. Membunuh orang yang ku sayangi dengan keji,merampas nyawa demi harta. Dan karna kebencianku l,aku ingin membalasnya ingin ku habisi setiap nyawa dari keluarga biadap itu. Sebagai pelengkap di setiap kegelapan tak berpenjuru.
"Maaf,bolehkah sku duduk di sampingmu?"
Pelan tapi aku menatap orang itu,aku hanya diam mengacuhkannya. Diriku berfikir dia akan pergi, dan mencari tempat lainnya namun salah dia menganggap acuhku sebagai persetujuan.
"Sebentar lagi akan hujan",
"Hm"
"Apa engkau tahu setiap waktu aku menantikan sebuah pelangi. Karna itu aku sangat mencintai hujan. Hujan itu selalu datang meski tak diharapkan,padahal dia menjadi penghidup di tengah kegersangan."
"Brisik loe,$#"#%"$'*@"
"Hahaha,kamu lucu ya."
Aku beranjak pergi meninggalkan orang itu bagiku dia hanyalah sebatas lalat pengganggu. Yang mengerumuni makananku, tapi
"Ra,sampai kapan kamu jadi pembenci? Apa kamu juga lupa sama aku?"
"Bagi gue loe tu cuma lalat,gak penting sama sekali."
"Aku Revan."
Tunggu,nama itu begitu familiar di otakku. Namun siapa ? Aku tak ingat orang itu,hanya namanya bukan wajahnya juga begitu familiar dengan memoriku. Tapi mengapa aku tak mengingatnya dengan baik,siapa dia dan mengapa dia datang di saat seperti ini. Dan tiba-tiba semua gelap.
"Maafin kakakku Ra,maafin semua keluargaku yang menghancurkan hidupmu. Maafin aku yang pergi dari kamu dulu, aku pengecut yang lari dari kenyataan Ra. Tapi kenapa kamu jadi kayak gini Ra?"
Aku bermimpi,begitu jelas semua itu. Kenangan yang berputar di otakku, kematian,darah,tangis,tawa semua terputar begitu nyata. Sampai sebuah cahaya menyilaukan terlihat.
"Ra"
"Kakak kenapa di sini aku rindu,apa aku juga sudah mati?"
Kakak mendekatiku menggenggam jemariku erat. Membawakan ketenangan yang begitu mendalam.
"Jangan lagi menjadi pembenci Ra, maafkanlah mereka. Kamu adekku satu-satunya, jangan biarkan hatimu ternoda. Setibanya di rumah nanti tolong bukalah buku catatan kakak dek. Ada satu hal yang belum kamu tahu."
Kakakku melangkah pergi meninggalkanku seorang diri, tapi saat ku kembali suara lembut itu mengembalikan sadarku."
"Ra, kamu gak papa kan?"
Aku mgenggeleng, sejenak teringat pesan kakakku aku berjalan menuju ruang itu, ruang yang dulu kuanggap mimpi buruk yang nyata dimana tragedi kian menyiksa jiwa. Ku buka lembaran itu.
Dear Memories
Teruntuk adekku, maafkan aku yang tak pernah memberi tahumu tentang ini. Keluarga ini memang memiliki musuh dengan keluarga orang yg engkau cintai itu. Karna masalah di masa lalu. Namun,jangan menaruh dendam di hatimu.karna kakak yakin engkau bisa menyelesaikannya. Tetaplah seperti itu adikku, milikilah hati mulia. Jangan merasa sendiri karna kakak di sampingmu dan selalu menyayangimu.
Rey
Aku menangis mengingat semua,namun tidak kebencian itu telah sirna dariku. Dan dendam itu tak perlu lagi ku balas,hanya diriku tak ingin bertemu orang itu lagi.
"Bisakah kita kembali seperti dulu."
"Aku tak tahu."
"Biarkan cinta ini membawamu kembali. Apa kau masih membenciku?"
"Tidak, tapi aku tak ingin melihatmu terlebih dulu itu saja. Biarkan waktu membawaku apakah cinta kita dulu akan membebaskanku kembali,aku pun tak tahu."
"Aku menunggumu, hingga engkau kembali menerimaku."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar